Kamis, 24 Januari 2013

Tunda bangun tidur 10 menit, mengurangi resiko stroke.

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Pagi bangun tidur, lakukan senam selama 10 menit ditempat tidur, Ini akan bermanfaat bagi memperkuat berbagai organ tubuh dan bisa mencegah penyakit pembuluh darah otak dan jantung.

1. Sisir rambut dengan jari selama 1 menit : Mulai dari kening / jidat

kebelakang sampai batas rambut belakang, lakukan merata seluruh kepala, akan dapat melancarkan peredaran darah dikepala, menambah volume darah di otak, dapat mencegah penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah otak dan dapat membuat rambut hitam bercahaya.

2. Pijat daun telinga selama 1 menit : Lalu pijat ke dua daun telinga, sampai terasa panas, daun telinga mempunyai banyak acupoint yang mempengaruhi seluruh tubuh, ini dapat melancarkan qi meridian. Khusus terhadap gejala telinga mendenging, mata kunang2 dan mudah lupa mempunyai khasiat yang baik.

3. Putar bola mata selama 1 menit : Putar searah jarum jam dan sebaliknya dapat melatih otot mata dan membuat mata terang.

4. Lain2 di muka : Pijat hidung, gatuk2kan gigi akan dapat menyehatkan gigi. Khususnya akar gigi. Putar2 lidah akan dapat membuat lidah tidak kaku dan tetap memelihara kepekaannya.

5. Regangkan anggota badan: Melalui gerakan2 ini akan membuat aliran darah kembali mengalir keseluruh tubuh, dapat mencegah penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah otak dan jantung, Menambah / melincahkan anggota badan.

6. Usap pusar selama 1 menit: Usap melingkar pusar dengan kedua telapak

bergantian, lingkaran agar lebar sampai lk 4 jari diatas dan dibawahnya. Akan berakibat positif bagi pencegahan stroke dan memperkuat qinjal.

7. Kempiskan perut dan tahan dubur 1 menit : Dengan berulang kali mengempiskan perut dan mengangkat / menahan dubur, disamping dapat memperbaiki fungsi seksual, juga mencegah wasir dan kencing yang tidak tertahan.

8. Pijat telapak kaki 1 menit : Gunakan tumit untuk memijat telapak kaki

bergantian, membuat telapak terasa hangat, dapat menguatkan limpa lambung, menghidupkan meridian dan membuat tenang.

9. Bolak balik 1 menit : Miring kanan kiri dengan perlahan2, guna melenturkan otot pinggang dan otot tulang belakang.

SUNNAH-SUNNAH KETIKA BANGUN TIDUR


1. Mengusap bekas tidur yang ada di wajah dengan tangan

Menurut Imam an-Nawawi dan al-Hafizh Ibnu Hajar, hal ini dianjurkan berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bangun tidur kemudian duduk sambil meng-usap bekas tidur dari wajahnya dengan tangannya." (HR. Muslim no.763).

2. Berdo'a ketika bangun tidur

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَاأَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ

ALHAMDULILLAAHILLADZII AHYAANAA BA'DAMAA AMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR

"Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia mewafatkan (menidurkan) kami, dan kepada-Nya kami dibangkitkan." (HR. Al-Bukhari no.6312 & Muslim no.2711)

3. Bersiwak

"Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun malam, beliau membersihkan mulutnya dengan bersiwak." (HR.Bukhari 245 & Muslim 255)

4. Ber-istintsar

Yaitu, mengeluarkan/menyemburkan air dari hidung sesudah menghirupnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Apabila seorang di antara kalian bangun tidur, maka ber-istintsarlah tiga kali, karena sesungguhnya syaitan bermalam di ujung (rongga) hidungnya." (HR.Bukhari 3295 & Muslim 238)

5. Mencuci kedua tangan tiga kali

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila salah seorang kalian bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke dalam bejana sebelum ia men-cucinya tiga kali." (HR.Bukhari 162 & Muslim 278)

Sumber: Lebih Dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Khalid al-Husainan, Pustaka Imam Syafi’i, Hal.5-6

Sumber : www.kisahislam.net dan www. facebook.com

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR Muslim no. 2674).

Minggu, 20 Januari 2013

::: BUNGKUS GODAAN SETAN :::

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

DR. Musthafa As-Siba’i rahimahullah berkata:

Saya tidak mengkhawatirkan diriku digoda oleh setan melalui maksiat secara terbuka… akan tetapi saya khawatir setan datang kepadaku dengan membawa maksiat yang dibungkus dengan baju ketaatan..

Menggodamu dengan wanita dengan alasan kasihan kepadanya …

Dan menggodamu dengan dunia dengan alasan agar tidak menjadi korban gonjang-ganjingnya..

Dan menggodamu untuk berkawan dengan orang-orang buruk dengan alasan demi memberi petunjuk kepada mereka

Dan menggodamu untuk bersikap munafik kepada orang-orang zhalim dengan alasan ingin mengarahkan mereka..

Dan menggodamu untuk mempublikasi keburukan lawan-lawanmu dengan alasan demi melakukan amar ma’ruf nahi munkar

Dan menggodamu untuk memecah belah jama’ah dengan alasan lantang menyuarakan kebenaran..

Dan menggodamu agar tidak memperbaiki orang lain dengan alasan sibuk memperbaiki diri sendiri

Dan menggodamu untuk tidak beramal dengan alasan ini sudah menjadi takdir..

Dan menggodamu untuk tidak menuntut ilmu dengan alasan sibuk beribadah

Dan menggodamu untuk meninggalkan sunnah dengan alasan mengikuti orang-orang shalih..

Dan menggodamu agar otoriter dengan alasan demi tanggung jawab di hadapan Allah

Dan menggodamu untuk berbuat zhalim dengan alasan demi memberikan kasih sayang kepada mereka yang terzhalimi..

Wallahu 'alam bishawaab
Semoga bermanfaat.

TATA CARA SHALAT

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi

Majalah As-Sunnah    http://almanhaj.or.id


بسم الله الرحمن الرحيم  



D. Sunnah-Sunnah Shalat
Sunnah-sunnah shalat terbagi dua; sunnah ucapan dan sunnah perbuatan.

1. Sunnah-Sunnah Ucapan:
a. Membaca do’a istiftah
Do’a istiftah yang paling baik adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir dalam shalat, beliau diam sejenak sebelum membaca (al-Faatihah). Aku berkata, "Wahai Rasulullah, ayah ibuku menjadi penebusmu. Saya melihat Anda terdiam antara takbir dan membaca (al-Faatihah). Apakah yang Anda baca? Beliau berkata, "Aku membaca:
"اَللّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ الْبَرَدِ."
"Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan dosaku sebagaimana Kau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana kain putih tersuci dari noda. Ya Allah, basuhlah aku dari dari dosa-dosaku dengan salju, air, dan es (embun)." [1]
b. Membaca isti'adzah
Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca al-Qur-an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” [An-Nahl: 98]
Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Jika hendak shalat, beliau membaca do’a istiftah lalu membaca: 
"أَعُوْذُ بِـاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفَثِهِ."
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dari syaitan yang terkutuk, dari bisikan, tiupan, dan godaannya." [2]
c. Mengucapkan amin
Dari Wa-il bin Hujr Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca: “وَلاَ الضَّالّيِنْ” beliau mengucap “آمِيْن” sambil mengeraskan suaranya."[3]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَمَّنَ اْلإِمَامُ فَأَمِّنُوْا، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنُهُ تَأْمِيْنَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
"Jika imam mengucap amin, maka ucapkanlah amin. Sesungguhnya orang yang ucapan aminnya bertepatan dengan ucapan amin para Malaikat akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." [4]
d. Membaca (surat) setelah al-Faatihah
Dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Pada dua raka'at pertama shalat Zhuhur, Nabi Shallallahu 'alaihim membaca al-Faatihah dan dua surat. Beliau memanjangkan raka'at pertama dan memendekkan raka'at kedua. Terkadang beliau memperdengarkan (bacaan) ayatnya. Pada dua raka'at pertama shalat 'Ashar beliau juga membaca al-Faatihah dan dua surat. Beliau memanjangkan raka'at pertama shalat Shubuh dan memendekkan raka'at kedua." [5]
Juga dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Pada dua raka'at pertama shalat Zhuhur dan 'Ashar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca al-Faatihah dan surat. Beliau terkadang memperdengarkan (bacaan) ayatnya. Pada dua raka'at terakhir beliau membaca al-Faatihah." [6]
Disunnahkan membaca (surat) pada dua raka'at terakhir, jika dilakukan secara temporer (kadang-kadang)
Berdasarkan hadits Abu Sa'id: "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca (surat) pada dua raka'at shalat Zhuhur. Pada dua raka’at pertama sekitar tiga puluh ayat. Dan pada dua raka'at terakhir sekitar lima belas ayat. Atau dia berkata, "Separuhnya." Dan pada shalat 'Ashar pada dua raka'at pertama setiap raka'atnya membaca sekitar lima belas ayat. Sedang pada dua raka'at terakhir sekitar setengahnya." [7]
Disunnahkan mengeraskan bacaan dalam shalat Shubuh dan dua raka'at pertama pada shalat maghrib dan 'isya'. Serta memelankannya pada shalat Dzuhur dan 'Ashar, juga pada raka'at ketiga dari shalat Maghrib dan dua raka'at terakhir pada shalat 'Isya'."
e. Membaca tasbih saat ruku' dan sujud
Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Aku shalat bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam ruku'nya beliau membaca: 
"سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ."
"Mahasuci Rabb-ku Yang Mahaagung."
Dan dalam sujudnya beliau membaca:
"سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى."
“Mahasuci Rabb-ku Yang Mahatinggi.” [8]
Dari 'Utbah bin 'Amir Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ruku', beliau membaca:
"سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ."
‘Mahasuci Rabb-ku Yang Mahaagung dan dengan memuji-Nya,’ tiga kali'.
Dan jika sujud membaca:
"سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ."
‘Mahasuci Rabb-ku Yang Mahatinggi dan dengan memuji-Nya,’ tiga kali." [9]
f. Menambah do’a bangkit dari ruku'
"رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ."
Dengan salah satu tambahan berikut ini:
"مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا، وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ."
Jika suka, dibolehkan cukup sampai pada tambahan ini. Namun jika mau dibolehkan menyempurnakannya dengan ucapan:
"أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وُكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ، لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ."
"Yang Maha berhak atas sanjungan dan kemuliaan. Serta Yang paling berhak atas ucapan seorang hamba. Dan kami semua adalah hamba-Mu. Tidak ada yang menghalangi apa yang Engkau berikan. Dan tidak ada yang mampu memberi apa yang Engkau tahan. Sehingga tidak bermanfaatlah bagi pemilik kekayaan. Karena dari-Mu-lah kekayaan itu." [10]
"رَبَّنَـا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارِكًا فِيْهِ (مُبَارَكًا عَلَيِهِ)، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى."
"Ya Rabb kami, bagi-Mu-lah segenap pujian yang baik dan penuh berkah. Sebagaimana yang disukai Rabb kami dan di-ridhai-Nya." [11]
g. Membaca do’a di antara dua sujud
Dari Hudzaifah, dia berkata, "Pada saat berada di antara dua sujud Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan:
"رَبِّ اغْفِرْ لِيْ، رَبِّ اغْفِرْ لِيْ."
"Ya Rabb-ku, ampunilah aku. Ya Rabb-ku, ampunilah aku." [12]
Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Pada saat berada di antara dua sujud Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucap:
"اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِيْ."
"Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, cukupilah kekuranganku, tunjukilah aku dan karuniakanlah rizki kepadaku." [13]
h. Mengucapkan shalawat atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah tasyahhud awal. Berdasarkan perbuatan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, "Dahulu kami menyiapkan siwak dan air wudhu' untuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian Allah membangunkan beliau pada malam hari menurut kehendak-Nya. Beliau kemudian bersiwak dan wudhu' lalu shalat sembilan raka'at tanpa duduk kecuali pada raka'at ke delapan. Kemudian beliau berdo’a kepada Rabb-nya dan bershalawat atas Nabi-Nya. Setelah itu bangkit tanpa salam lalu (melanjutkan) shalat (raka’at) kesembilan lantas duduk. Kemudian memuji Rabb-nya, dan bershalawat atas Nabi-Nya, berdo’a, lalu salam... [14]
i. Membaca do’a baik setelah tasyahhud awal maupun kedua
Adapun pada tasyahhud awal, maka dalilnya adalah:
Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa sesungguhnya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"إِذَا قَعَدْتُمْ فِيْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَقُوْلُوا: اَلتَّحِيَّاتُ للهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَـاتُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْـهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. ثُمَّ لِيَتَّخِيْرَ أَحَدُكُمْ مِنَ الدُّعَاءِ أَعْجَبُهُ إِلَيْهِ، فَلْيَدْعُ رَبَّهُ عزوجل."
"Jika kalian duduk pada setiap dua raka'at, maka ucapkanlah: ‘Segala penghormatan hanya bagi Allah. Begitupula seluruh pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan atas engkau, wahai Nabi. Begitupula kasih sayang Allah dan berkah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan tercurahkan atas kita semua dan para hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi tidak ada ilah yang layak diibadahi selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.’ Setelah itu, hendaklah salah seorang di antara kalian memilih do’a yang paling ia sukai lalu hendaklah ia berdo’a kepada Rabb-nya Azza wa Jalla." [15]
Sedangkan pada tasyahhud yang kedua, maka dalilnya adalah:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ اْلآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ: مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَـا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.
"Jika salah seorang di antara kalian selesai dari tasyahhud akhir, maka hendaklah ia berlindung dari empat perkara: dari siksa Jahannam, siksa kubur, fitnah kehidupan dan fitnah kematian, serta kejahatan al-Masih ad-Dajjal." [16]
j. Mengucapkan salam yang kedua
Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa salalm dulu mengucapkan dua kali salam. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhuma : "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucap salam ke kanan dan ke kiri:
"اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ."
“Semoga kesejahteraan terlimpahkan atas kamu sekalian, begitu pula rahmat Allah dan berkah-Nya.” 
Dan:
"اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ."
“Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah tercurahkan kepada kamu sekalian.”
Hingga tampaklah putih pipinya." [17]
Terkadang beliau mengucapkan salam sekali saja, sebagaimana diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma: "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucap salam dalam shalat dengan sekali salam dari depan wajahnya dengan sedikit miring ke sisi kanan." [18]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA - Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 - September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/227 no. 744)], Shahiih Muslim (I/419 no. 598), Sunan Ibni Majah (I/264 no. 805), dan Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/485 no. 766).
[2]. Shahiih: [Irwaa’ul Ghaliil (no. 342)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (II/ 476 no. 760), dan Sunan at-Tirmidzi (I/153 no. 242).
[3]. Shahih: [Shifatush Shalaah (hal. 82)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/ 205 no. 920), dan Sunan at-Tirmidzi (I/157 no. 248).
[4]. Muttafaq 'alaihi: [Shahiih Muslim (I/307 no. 410)], Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/262 no. 780), Sunan an-Nasa-i (II/144), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/211 no. 924), Sunan at-Tirmidzi (I/158 no. 250), dan Sunan Ibni Majah (I/277 no. 851).
[5]. Shahih: [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 932)] dan Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/243 no. 759).
[6]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 286)] dan Shahiih Muslim (I/333 no. 421 (155)).
[7]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 287)] dan Shahiih Muslim (I/334 no. 452 (157)).
[8]. Shahih: [Shahiih Sunan an-Nasa-i (no. 1001)], Sunan an-Nasa-i (II/190), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/123 no. 857), Sunan at-Tirmidzi (I/164 no. 261).
[9]. Shahih: [Shifatush Shalaah (hal. 127)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/121 no. 856), al-Baihaqi (II/86).
[10]. Idem.
[11]. Shahih: [Shifatush Shalaah hal. 119].
[12]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 731)] dan Sunan Ibni Majah (I/289 no. 897).
[13]. Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 732)], Sunan at-Tirmidzi (I/175 no. 283), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/87 no. 835), dan Sunan Ibni Majah (I/290 no. 898).
Catatan: pada riwayat Abu Dawud terdapat lafazh: “وَعَافِنِي (maafkanlah aku” sebagai ganti dari lafazh: “وَاجْبُرْنِي (cukupilah keluargaku)” dan dalam riwayat Ibnu Majah terdapat lafazh: “وَارْفَعْنِي (angkatlah derajatku)” sebagai ganti dari: “وَاهْدِنِي (tunjukilah aku).” Disunnahkan menggabungkan keduanya dan menambah: “وَعَافِنِي وَارْفَعْنِي”.
[14]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 390)] dan Shahiih Muslim (I/512 no. 746).
[15]. Telah disebutkan takhrijnya.
[16]. Shahih: [Mukhtashar Shahiih Muslim (no. 306)], Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 741), Shahiih Muslim (I/412 no. 588), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/273 no. 968), dan Sunan Ibni Majah (I/294 no. 909).
[17]. Shahih: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 878)], Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/288 no. 983), Sunan an-Nasa-i (III/62), Sunan Ibni Majah (I/296 no. 914), dan Sunan at-Tirmidzi (I/181 no. 294), tanpa kalimat terakhir.
[18]. Shahih: [Shahiih Sunan at-Tirmidzi (no. 242)] dan Sunan at-Tirmidzi (I/182 no. 295).
 

BERTERNAK MERPATI YANG BELUM MENARIK SIMPATI

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


Merpati atau burung dara (jawa=doro) sejak dulu telah dimanfaatkan untuk menghasilkan daging, sport, lomba, pertunjukan dan bahkan untuk keperluan komunikasi (merpati pos). Untuk keperluan produksi daging wujud yang paling disukai adalah daging merpati yang masih muda (squab) atau yang lebih dikenal dengan sebutan piyek. Daging merpati berwarna gelap, empuk, lembab dan menempati kelas yang sama dengan daging kepiting, daging sapi muda (veal), atau kambing muda. Squab(piyek) adalah sebutan untuk anak merpati yang masih berumur antara 25-30 hari, kelezatan dan keempukan dagingnya akan menurun setelah umurnya lebih dari 30 hari.

Memilih merpati

Mengetahui bangsa-bangsa merpati cukup penting kiranya kalau kita sudah mulai tertarik dengan usaha ini. Karena kurangnya pengetahuan akan strain juga akan berakibat kurang kegunaan ternak yang akan kita usahakan. Merpati dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu untuk tujuan pameran, produksi daging dan penampilan. Merpati untuk pameran dipilih berdasar pola warnanya, merpati untuk tujuan produksi daging (squab) dipilih berdasar jumlah anak yang besar-besar dan sehat sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang cukup lama, sedangkan merpati untuk penampilan(tumbler) dipilih berdasar ketegaran dan penampilan yang terkontrol di udara.

Sebagai contoh, merpati untuk pameran mempunyai ukuran badan yang besar, cantik dan tubuhnya seimbang akan tetapi mempunyai kelemahan yaitu perkembangbiakannya lambat. Oleh karenanya tidak cocok untuk pemeliaraan yang bersifat komersial, ataupun untuk usaha produksi sambilan.

Sifat merpati yang baik untuk tujuan daging

Karena tujuan produksi daging (squab) dipilih berdasar jumlah anak yang banyak, besar-besar dan sehat sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang cukup lama maka perlu memperhatikan sifat berikut :
Secara umum bibit haruslah sehat, tegar dan tahan penyakit
Induk yang dipakai adalah induk yang lincah, punya sifat keibuan (mothering) yang tinggi
Sex libido pejantan tinggi yang ditunjukkan sesaat sebelum betina mulai bertelur dan terus berlangsung selama periode bertelur
Seekor induk seharusnya dapat menghasilkan anak 14-15 ekor setiap tahun dan dapat bertahan selama 4-5 tahun
Ukuran induk tidak terlalu besar karena secara tidak sengaja ukuran tubuh yang terlalu besar sering tanpa sengaja dapat memecahkan telurya sendiri dan kurang produktif
Catatan umur induk, umur 2-3 tahun jumlah anak setidak-tidaknya 14-18 ekor, umur 4-5 tahun setidaknya 10-12 ekor anakan

Siklus reproduksi
Perkawinan mulai berlangsung pada umur 5-8 bulan
Produksi telur puncak terjadi antara umur 12-18 bulan dan terus berlangsung sampai 2-3 tahun
Umur produksi yang masih dianggap menguntungkan yaitu tidak lebih dari 5-6 tahun

Untuk pemblelian awal hendaknya membeli pasangan merpati yang mempunyai catatan produksi (recording). Walau agak mahal akan tetapi manfaat yang bias diambil insyaallah akan lebih banyak. Tingkah laku kawin burung merpati berbeda dengan yang lainnya, semangat kawinnya sangat tinggi dan sang jantan juga ikut andil dalam membuat sarang, mengerami telurnya serta membesarkan anak-anaknya yang baru saja menetas. Merpati berpasangan secara tetap sepanjang hidupnya, tetapi kalau salah satu mati atau dipsahkan oleh manusia maka akan dicarilah pasangan lain dalam beberapa hari. Tetapi bila yang dipisah itu dikembalikan, pasangan lama akan terwujud kembali. Oleh karenanya, mengapa pada kartu undangan pernihakan yang anda terima sering kita jumpai lambing sepasang merpati.081316843815 juho

Perilaku kawin

Pejantan mulai dengan suatu kegiatan persiapan untuk kawin yaitu dengan menggembungkan temboloknya, bulu-bulu dimekarkan, sayap direbahkan serta memperlihatkan penampilan yang tenang. Bila seekor betina menerima pejantan itu maka pasangan itu mulailah bersatu untuk meneruskannya. Segera setelah kawin, pejantan akan mencari bahan-bahan untuk membuat sarang di dalam petak kandangnya

Masa bertelur

Setelah sarangnya selesai dipelrsiapkan atau mendekati akhir penyelesaian, betina akan mengeluarkan teurnya yang pertama. Telur yang kedua biasanya dikeluarkan dalam 24 jam berikutnya. Tiap kali masa bertelur, dapat diharapkan 2 butir telur atau dua ekor anak bisa dihasilkan. Pengeraman akan segera dimulai dan dilakukan oleh pasangan itu, baik induk maupun ayahnya. Betina lebih banyak melakukan kegiatan pengeraman, dan pejantan menggantikannya dalam waktu singkat yaitu dari pagi sampai siang. Telur yang pertama akan menetas dalam 17-18 hari, diikuti oleh telur yang ke dua 48 jam berikutnya.

Pakan merpati

Masalah gizi untuk merpati hampir sama saja dengan jenis-jenis unggas lainnya. Satu perkecualian adalah merpati membutuhkan grit untuk membantu menggiling dan mencerna biji-bijian yang di makan. Sebenarnya cukup sederhana saja kalau kita perhatikan, kebanyakan dari kita cukup memberikan biji-bijian seperti jagung yang kering. Pemberian biji-bijian yang masih basah atau segar (baru dipanen) dapat menimbulkan diare atau bahkan kematian pada anak maupun merpati dewasa. Pakan merpati minimum mengandung kadar protein 14%. Konsumsi biji-bijian merpati antara 100-150 gram/ekor/hari. Pemberian pakan sebaiknya dengan frekuensi 2 kali dalam sehari pada jam yang hampir sama yaitu antara matahari terbit sampai jam 9 pagi serta antara jam 4 sore sampai matahari terbenam. Konsumsi hijauan tiap harinya adalah sekitar 100-150 gram untuk setiap pasang merpati.

Kandang Pada burung merpati yang hidupnya liar, mereka akan mencari tempat-tempat yang tinggi, terlindung dari angin, hujan serta hewan-hewan pemangsa (predator). Manusia telah membuat modifikasi namun tetap memperhatikan prinsip-prinsip tersebut dalam membuat kandang untuk merpati. Kandang merpati pada dasarnya ada dua macam : yaitu kandang pasangan tunggal (single pair) dan kandang pasangan ganda (multiple pair). Kandang seharusnya menghadap ke arah sinar matahari, akan tetapi untuk Indonesia (tropis) tidak masalah karena cahaya matahari tersedia dalam jumlah yang melimpah. Kalau kita memperhatikan di perdesaan atau lingkungan kota, kandang merpati (pegupon) ditempatkan di depan rumah atau di atas rumah akan tetapi tetap mengikuti prinsip-prinsip di atas.

Peralatan yang dibutuhkan

Mungkin yang ada dalam benak kita peralatan untuk beternak merpati adalah peralatan yang sulit didapat dan kalau mendapatkannya harganya pun mahal. Peralatan untuk beternak burung merpati tidaklah semahal yang kita bayangkan, bahkan peralatan ala kadarnya pun sudah cukup. Peralatan yang diperlukan untuk beternak merpati antara lain tempat pakan, minum, tempat untuk grit, nesting bowl, dan tenggeran. Tempat pakan, minum dan grit bisa kita beli di pasar-pasar burung atau kalau ingin berhemat kita buat dari bambu pun jadi, sedangkan untuk sarang kalau bisa berbentuk cekung. Bentuk yang cekung akan dapat membuat nyaman merpati untuk mengerami telurnya dan mencegah anaknya yang masih kecil terjatuh.

Tatalaksana pemeliharaan

Merpati sama seperti burung lainnya yaitu gampang terkejut, oleh karenanya jangan membuat kaget terutama pada malam hari terhadap induk yang sedang mengeram. Kejutan dapat mengakibatkan induk kabur (kawus) sampai pagi hari sehingga telur-telur yang dierami akan kehilangan panas sepanjang malam itu sehingga mengakibatkan kematian embrio. Kalau ada telur yang retak, ukurannya terlalu kecil atau tidak normal sebaiknya disingkirkan saja, dengan begitu pasangan induknya akan segera bertelur lagi. Sekitar 17-18 hari setelah pengeraman, pastikan bahwa telur itu sudah menetas dan anak yang menetas normal yang pada umumnya badan belum berbulu dan mata masih terpejam. Apabila yang menetas hanya satu ekor saja, maka tunggulah sampai 2-3 hari lagi. Kalau memang ternyata anakan yang menetas hanya satu ekor maka pemeliharaannya bisa tetap pada induk tersebut atau dititipkan pada induk yang lain yang mempunyai anak cuma 1 ekor juga. Dengan begitu pasangan yang anaknya di titipkan pada pasangan lain akan mulai berproduksi lagi.

Setelah umur 10 hari, anak merpati perlu di amati lagi. Mata anak merpati akan mulai terbuka dan bulu mulai tumbuh. Pada tahap ini anak merpati mulai memanfaatkan biji-bijian bersamaan dengan susu merpatia dari induknya. Pada umur 25 hari anak-anak dipilihi mana yang bisa segera dipotong atau dijual. Penjualan biasanya pada umur 26-30hari. Standar untuk menetapkan kapan anak sudah bisa dijual atau belum apaila anak telah tumbuh bulu-bulu jarum di bawah sayap dan di badannya. Apabila bulu jarum itu belum lengkap maka penjualan bisa ditunda 2-3 hari ke depan.

Oleh S Setyaningsih Andro 

Membaca Surat Yasin Disamping Orang Yang Akan Meninggal

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PERTANYAAN:

Apa yang dilakukan oleh orang yang duduk (yang berkunjung) di sisi orang yang hampir mati? Apakah membaca surah Yasin di samping orang yang hampir meninggal dunia itu shahih (ada ajaranya -red) di dalam sunnah atau tidak ada?

JAWABAN:

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Rahmat dan kesejahteraan semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya sekalian. Mengunjungi orang yang sakit termasuk hak kaum muslimin satu sama lain. Sudah seharusnya bagi yang berkunjung untuk mengingatkannya supaya bertaubat dan berwasiat yang wajib atasnya serta mengisi waktunya dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala; karena orang yang sakit dalam kondisi membutuhkan hal-hal seperti ini. Apabila ia sudah dalam kondisi sakaratul maut dan manusia sudah yakin bahwa kematian sudah tiba, hendaknya ia mentalqinkannya "la ilaha illallah" (tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah) seperti yang diperintahkan oleh Nabi shallallohu 'alaihi wa sallam HR. Muslim, Kitab al-Jana'iz Bab Talqin al-Mauta La Ilaha Illallah (1 ) (916). 

Yaitu dengan berdzikir menyebut Allah Ta’ala dengan suara yang bisa didengarnya hingga ia teringat dan berdzikir kepada Allah Ta’ala. Para ulama berkata, "Tidak seharusnya memerintahkannya dengan hal itu, karena terkadang dia dalam kondisi sempit dada (sakit hati), dan beratnya perkaranya (membuat dia) enggan mengucapkan, "La ilaha illallah," hingga saat itu kesudahannya adalah buruk (su'ul khatimah). Hendaklah ia mengingatkannya dengan perbuatan maksudnya dengan berdzikir di sampingnya, sehingga para ulama mengatakan, "Apabila seseorang mengingatkannya, lalu ia (yang sakit) berdzikir 'la ilaha illallah', hendaklah ia diam dan tidak berbicara kepadanya setelah itu agar akhir ucapannya adalah 'la ilaha illallah'. Jika ia berbicara -maksudnya yang hampir meninggal hendaklah ia mengulangi talqin kepadanya yang kedua kalinya agar akhir ucapannya adalah 'la ilaha illallah'.

Adapun membaca surah Yasin di sisi yang hampir meninggal, hukumnya sunnah menurut banyak ulama, berdasarkan sabda Nabi shallahu 'alaihi wa sallam,

اِقْرَأُوْا عَلَى مَوْتَاكُمْ ((يس))
'Bacakanlah surah Yasin kepada yang hampir meninggal dari kalian.' HR. Ahmad (4/257), Abu Daud, Kitab al-Jana'iz, Bab al-Qira'ah Inda al-Mayit (3121). Hadits dha’if (lemah) terdapat padanya beberapa orang rawi yang tidak di kenal: 1. Abu ‘Utsman. 2. Laits an-Nahdi dan bapaknya, hadits ini telah di dha’ifkan oleh Albani di dalam sunan at-Tirmizi.

Akan tetapi hadits ini dipersoalkan oleh sebagian ulama dan mendha'ifkannya. maka menurut yang menshahihkannya, membaca surah ini adalah sunnah dan menurut yang mendha'ifkannya hukumnya adalah tidak sunnah. Wallahu a'lam.
[Sumber: Fatwa-fatwa Lengkap Seputar Jenazah [Edisi Indonesia], Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Disusun oleh Syaikh Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Pustaka Darul Haq Jkt, www.alsofwah.or.id]

Publikasi: artikelassunnah.blogspot.com

Hukum Membaca Al-Qur'an Beramai-Ramai Untuk Seorang Yang Sakit

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Pertanyaan: 
Bolehkah dibacakan Al-Qur'an beramai-ramai (lebih dari satu orang pembaca) untuk seorang yang sedang sakit?


Jawaban:

 Tidak ada halangan mengulang-ulang bacaan Al-Qur'an bagi seorang yang sakit serta dibacakan beramai-ramai secara serempak untuk seorang yang sakit. Sebab Al-Qur'an adalah Kalam ilahi yang telah dijadikan oleh-Nya sebagai obat penawar bagi seluruh penyakit yang ada dalam hati.

Silakan lihat buku Al-Lu'lu' Al-Makkiyyiin kumpulan fatwa Syaikh Bin Jabriin

Sumber: islamqa.com

Tujuh (7) Kalimat Penghapus Dosa

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

>>> Tujuh (7) Kalimat Penghapus Dosa

Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya walau sebanyak buih laut.

1. Mengucap “Bismillah” pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.

2. Mengucap “Alhamdulillah” pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.

3. Mengucap “Astaghfirullah” jika lidah terselip perkataan yang tidak patut.

4. Mengucap “Insya-Allah” jika merencanakan berbuat sesuatu dihari esok.

5. Mengucap “La haula wala kuwwata illa billah” jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diinginkan.

6. Mengucap “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun” jika menghadapi dan menerima musibah.

7. Mengucap “Laa ilaa ha illa Allah Muhammadur Rasulullah” sepanjang siang dan malam, sehingga tak terpisah dari lidahnya.

Amru Abdul Azis By : AYCUNA aycuna-corp.blogspot.com